Sabtu, 02 Juni 2012

Etika Ekonomi Islam Perspektif Rasulullah


Etika Ekonomi Islam Perspektif Rasulullah
Oleh. Mohammad Takdir Ilahi
1
 Pesatnya perkembangan ekonomi dunia telah membawa perubahan yangcukup signifikan bagi kemajuan peradaban masyarakat. Tidak heran, bila munculsuatu ide tentang sistem ekonomi yang bisa mengikat transformasi perekonomianmasyarakat di seluruh dunia, yakni sistem ekonomi kapitalis Dengan sistemekonomi ini, masyarakat memiliki aturan, etika, dan tata kelola yang dinamisdalam penerapan transaksi ekonomi di lapangan.Maka, pada abad ke-18, lahir sebuah paham dari seorang Adam Smith(1723-1790) di Inggris dan dinamakan liberalisme. Ajaran
laiser aller, laisser  passer 
(merdeka berbuat dan merdeka bertindak) menjadi pedoman bagi pahamini. Dari paham ini ternyata lahirlah kaum borjuis yang pada akhirnyamemunculkan sistem ekonomi kapitalis secara berkesinambungan.
2

Pada saat itulah, sistem ekonomi kapitalis menjadi semacam disiplin ilmuyang berkembang pesat di jagat raya ini. Berawal dari sistem ekonomi inilah, perkembangan ekonomi dunia semakin memberikan keleluasaan bagi sektor industri untuk mengembangkan teknologi kapitalnya dalam konteks global.Terbukti, dengan sistem ekonomi kapitalis, perusahan-perusahan industri yangmemiliki kekuatan pasar mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukupsignifikan.
1

Mohammad Takdir Ilahi
, Alumnus Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, StudiAgama, dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2
Robert Lekachman dan Borin Van Loon,
 Kapitalisme Teori dan Sejarah Perkembangannya,
Terj. Siti Hidayah, (Yogyakarta: Resist Book, 2008), hlm. 3.
http://htmlimg1.scribdassets.com/6uw0tdovk01hzeht/images/1-7131646d9b.jpg

 Namun demikian, pertumbuhan ekonomi bukan berarti memberikan anginsegar bagi kemakmuran masyarakat, malah justru mengantarkan kesengsaraanyang tiada tara bagi masyarakat miskin di dunia. Ada banyak faktor, kenapasistem ekonomi kapitalis gagal memberikan secercah harapan bagi kesejahteraandan peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Salah satunya adalah karena sistemekonomi kapitalis meniscayakan suatu perlengkapan modal masyarakat(pungutan) dan alat-alat produksinya dikuasi oleh segelintiran orang yang begitudominan menggunakan hak miliknya demi kepentingan untuk memperolehkeuntungan semata. Tidak berlebihan, kalau Robert Lekachman dan Borin VanLoon, dalam
“Kapitalisme Teori dan Sejarah Perkembangannya”,
menegaskan bahwa kapitalisme bisa menunjukkan pada sistem ekonomi global yang telahmenjadi dasar bangunan masyarakat dan merupakan tahapan sejarah peradabanBarat yang hegemonik, sehingga memonopoli masyarakat dengan taraf ekonomiyang lemah
3
 Pada titik inilah, Karl Marx memang meramalkan sebuah akhir dari rezimkapitalisme dalam karyanya yang monumental
“Das Kapital”
jilid pertama.Menunggu kejatuhan kapitalisme adalah titik akhir dari dominasi produksi- produksi yang memonopoli semua keuntungan dari proses transformasi globalyang menghimpit ekonomi dunia. Namun demikian, Marx masih menahan diriuntuk memastikan ramalan akan kematian kapitalisme, karena disadari pertumbuhan dan ekspansi yang stabil merupakan faktor yang vital bagi eksistensigaya hidup
(life style)
kapitalisme.
3

 Ibid.

http://htmlimg2.scribdassets.com/6uw0tdovk01hzeht/images/2-0315625cee.jpg

Sistem ekonomi kapitalis memberikan dampak berupa kemiskinan. Selainitu, sistem ekonomi kapitalis juga telah mencetak orang-orang yang bermentalnegatif. Mental negatif yang dimaksud adalah sikap kapitalisme pada diri pelakuekonomi kapitalis seperti hanya memiliki orientasi pada keuntungan dankenikmatan dunia semata, tanpa memperhatikan keadaan orang lain serta aturan-aturan antara manusia dan penciptanya. Jelas, keadaan ini hanya menguntungkanmanusia jika dilihat dari sisi duniawi, tapi jika dilihat dari hubungan vertikalmanusia dan penciptanya, hal ini membuat manusia melupakan persiapan untuk menghadapi kehidupan yang kekal setelah hari akhir nanti, yaitu kehidupan dialam akhirat.Bukti nyata kegagalan sistem ekonomi kapitalis adalah kemiskinan yangsampai hari ini belum bisa dihilangkan dengan tuntas, baik di Indonesia maupundi seluruh negara berkembang. Kalaupun ada kemiskinan yang terlihat berkurang,itu hanya bersifat semu, dalam artian kemiskinan yang berkurang tersebut hanyamenyentuh sebagian orang saja dan tidak bersifat menyeluruh.Ketika sistem ekonomi kapitalis dikatakan gagal dalam mewujudkannegara kesejahteraan
(welfare state),
maka muncullah suatu ide brilian untuk membangun paradigma baru yang bisa mengangkat nilai dan moral ekonomi padasatu tatanan yang lebih humanis. Sehingga, diriliklah sistem ekonomi Islamsebagai paradigma
humanism
dan
moral force
bagi terciptanya partumbuhanekonomi yang tidak saja mengandalkan untung rugi, melainkan diharapakan lebihmengarah pada prinsip-prinsip esensial sistem ekonomi berbasis etika dan moral.


Dalam konteks ini, penulis sengaja mengangkat penerapan etika sistemekonomi perspektif Islam sebagai bagian dari upaya untuk membangkitkan paradigma ekonomi yang berbasis Islam sesuai dengan tuntunan ajaran agama.Mengangkat tema ini, bukan sekedar berupaya menganalisis dengan argumentasirasional, melainkan yang paling penting adalah kesungguhan untuk mensosialisasikan etika sistem ekonomi perspektif Islam dalam konteks global.Maksud penulis mengangkat tema ini, tidak bisa lepas dari etika sistem kapitalisyang telah merongrong kesejahteraan ekonomi masyarakat dunia pada ujungketidakpastian dan kesengsaraan. Dengan kata lain, tulisan ini diangkat denganalasan untuk memfungsikan nilai-nilai moral dalam ekonomi Islam yangterkadang terikut arus oleh sistem kapitalis, sosialis, fasisme, dan komunisme.Di sinilah letak urgensitas kita dalam memahami penerapan etika sistemekonomi perspektif Islam dengan mencari titik temu yang bisa membangkitkanekonomi Islam di tengah benturan peradaban
(clash of civilitization)
danmencuatnya iklim globalisasi untuk menghancurkan nilai-nilai moral Islami. Olehkarena itu, kita harus berjuang untuk menegakkan sendi-sendi ekonomi Islamdalam rangka membangun kekuatan ekonomi ummat agar terlepas dari bayang- bayang etika sistem kapitalis dan sosialis yang sebelumnya mendominasi sistemekonomi global.Membendung penerapan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis merupakansebuah keniscayaan di tengah himpitan ekonomi yang tidak karuan. Berawal darikesadaran ini, kita memiliki harapan untuk mengembangkan penerapan etikasistem ekonomi perspektif Islam secara komprehensif, sehingga akan tumbuh

suatu keyakinan untuk mengaplikasikan model ekonomi Islam dengan paradigmayang dinamis dan progresif. Itulah sebabnya, kajian tentang kurikulum ekonomiIslam menjadi aktual bila kita mengacu pada kontek humanis, moral, dan syari’ah.Maka, etika ekonomi perspektif Islam dipandang perlu diterapkan dalamkonteks global dengan mengacu pada kebutuhan dan kemaslahatan ummatsebagai penggeraknya. Sebagai sebuah sistem, etika ekonomi perspektif Islam juga memiliki paradigma yang berlandaskan pada fondasi mikro
(basic of micro foundations)
dan landasan filosofis
(philosophic foundations)
.
4
Paradigma inilahyang menjadikan etika ekonomi perspektif Islam jauh berbeda dengan sistemkapitalis dan sosialis yang cenderung mengabaikan kepentingan masyarakatdengan berbagai implikasinya.Dengan demikian, antara etika sistem kapitalis dan sosialis dengan etikaekonomi perspektif Islam memiliki pertautan yang cukup jauh jaraknya. Dalamartian, sistem kapitalis boleh dikatakan begitu dominan dalam konteks global,karena terbukti menjanjikan kesejahteraan masyarakat, namun implikasinyasangat besar bagi kebebasan dan hak-hak eknomi masyarakat. Sementara, sistemsosialis tampak kurang begitu popular, karena terbukti tidak mampu memberikan jaminan kesejahteraan, bahkan semakin mengukuhkan sistem kelas dalamkehidupan masyarakat. Berbeda dengan etika sistem ekonomi Islam yang lebihmenitikberatkan pada tatanan nilai yang berlaku secara universal, baik yang berkaitan dengan pemikiran maupun perilaku sosial.
5

4
Muhammad,
 Hakikat, Tujuan, dan Bidang Ekonomi Islam
(Yogyakarta: STIS, 2000), hlm.65.
5
Muhammad
 , Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam
(Yogyakarta:Ekonisa,2004), hlm. 12.





mempunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada garis-garis syari’ah.
8
Prinsip atau etika ekonomi Islam ini adalah sistem kepemilikan bersama yang harus dikelola dengan tanggung jawab yang sama pula, sehinggatidak terkesan individualistik dalam menjalankan setiap transaksi ekonomi denganorang lain. Dalam
multiple ownership
ini, terdapat semangat kebersamaan dalammenjajagi kemungkinan kerja sama dengan pihak lain. Itulah sebabnya,kebersamaan dalam memikul dan membagi beban harus sesuai dengankemampuan masing-masing orang yang terlibat dan berkiprah dalam usahanya.
 Kedua, freedom to act.
Kebebasan, berarti, bahwa manusia sebagaiindividu dan kolektivitas, punya kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan kaedah-kaedahIslam. Karena masalah ekonomi, termasuk kepada aspek mu’amalah, bukanibadah, maka berlaku padanya kaedah umum, “Semua boleh kecuali yangdilarang”. Yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalamtataran ini kebebasan manusia sesungguhnya tidak mutlak, tetapi merupakankebebasan yang bertanggung jawab dan berkeadilan. Kebebasan dalam setiaptransaksi, tidak boleh mengabaikan hak-hak orang lain, namun harus dilandaskan pada sikap peduli dan bertanggung jawab atas setiap kebebasan yang dimiliki.
 Ketiga, social justice.
Menurut Sayyid Quthb, dalam bukunya
“al-Adalahal-Ijtimaiyyah fil Islam”,
keadilan sebagai substansi pokok bagi semua aspek kehidupan manusia dalam kerangka ajaran Islam. Dalam artian bahwa, prinsipkeadilan merupakan sebuah keniscayaan yang perlu ditegakkan dan dijunjung
8
M. Faruq an-Nabahan,
Sistem Ekonomi Islam, Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalisdan Sosialis,
(Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 42
http://htmlimg4.scribdassets.com/6uw0tdovk01hzeht/images/8-15fe7d0fb7.jpg

tinggi dalam penerapan etika ekonomi Islam. Jika, prinsip keadilan sosial menjadi prioritas utama dalam penerapan etika ekonomi Islam, maka usaha untuk membangun taraf ekonomi masyarakat secara merata akan mudah dilakukan.Mengingat, prinsip keadilan seringkali menjadi problem krusial dalam penerapanetika ekonomi Islam. Itulah sebabnya, keadilan selalu berkesinambungan dengan prinsip keseimbangan yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak bisadipisahkan. Bahkan, keduanya memiliki pemahaman yang tidak jauh berbedadalam konteks penerapan di lapangan.Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harusseimbang dan adil. Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalammengejar keuntungan ekonomi. Kepemilikan individu yang tak terbatas,sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Hartamempunyai fungsi sosial yang kental, sehingga perlu diberdayakan dandimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Jika prinsip keadilan dankeseimbangan berjalan seiring, maka bisa dipastikan pengembangan ekonomiIslam akan semakin mengalami peningkatan dan kemajuan yang signifikan.Dalam konteks ini, prinsip atau etika ekonomi perspektif Islammenekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam menghadapigejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah diakui oleh banyak pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare
(United Kingdom),

Volker Nienhaus
(Jerman). Ke depan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada penerapan etika sistem ekonomi perspektif Islam yang telah terbuktiampuh dan lebih resisten di masa krisis.

Sumber Referensi
An-Nabahan, M. Faruq. 2000.
Sistem Ekonomi Islam, Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan Sosialis.
Yogyakarta: UII Press.Chapra, M. Umer 
.
1999.
 Islam dan Tangan Ekonomi
, terj. Nur Hadi Ihsandan Fiqfi Amar. Surabaya: Risalah Gusti.Karim, Adiwarman. 2002.
 Ekonomi Mikro Islam
. Jakarta: IIIT Indonesia.Lekachman, Robert dan Van Loon, Borin. 2008.
 Kapitalisme Teori danSejarah Perkembangannya,
Terj. Siti Hidayah. Yogyakarta: Resist Book.Muhammad. 2000.
 Hakikat, Tujuan, dan Bidang Ekonomi Islam.
Yogyakarta: STIS.Muhammad
.
2004.
 Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam
.Yogyakarta:Ekonisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar